Kamis, 25 Juli 2013

4 Efek Positif Terapi Musik bagi Anak dengan Autisme

Beberapa jenis musik diyakini bermanfaat untuk mengatasi gangguan kesehatan, termasuk autisme . Salah satu kelebihan terapi musik adalah tidak dperlukannnya komunikasi verbal.Selain itu, terapi musik juga berfungsi sebagai penguat (reinforcer) alami. Berikut adalah cara kerja terapi musik dalam menolong penderita autis.

1. Belajar Mengekspresikan Diri
Anak-anak yang menderita autis tidak tertarik terlibat dalam kegiatan sosial seperti pada orang normal. Oleh karena itu penggunaan musik sebagai terapi bisa bekerja dengan baik.
Saat anak-anak autis mengikuti sesi terapi dengan berbagai musik, mereka akan mendapatkan kesempatan belajar mengekspresikan diri.
Meskipun belum diketahui bagaimana cara kerjanya secara pasti, namun terapi musik cukup menjanjikan.
Sebagai contoh, musik bisa dikombinasikan dengan permainan lempar bola.
Saat melakukan permainan lempar bola, terapis meminta anak untuk menangkap atau melempar bola sebagai respon terhadap musik yang sedang diputar.
2. Mempertahankan dan Memfokuskan Perhatian
Tujuan lain dari terapi musik adalah membantu anak autis mempertahankan dan memfokuskan perhatian.
Terapis bisa memainkan akord antara nada, note, atau pitch musik tertentu dan melihat efeknya pada anak.
Salah satu contohnya adalah dengan memainkan instrumen dekat wajah anak.
Selain membantu meningkatkan rentang perhatian, musik juga bisa mendorong kontak mata dengan anak yang merupakan salah satu tujuan penting dari pengobatan.
Terapi musik merupakan kombinasi dari sensasi auditori, visual, dan sentuhan. Faktor-faktor inilah yang membantu merangsang organ sensorik anak autis.
3. Meningkatkan Kemampuan Bicara
Bahasa merupakan salah satu area penting yang bermasalah pada perkembangan anak yang menderita autis.
Terapi musik membantu anak meningkatkan kemampuan bicara terutama yang melibatkan konseptualisasi, simbolisasi, dan pemahaman.
Menurut para ahli, musik diproses di kedua belahan otak. Oleh karena itu, terapi musik bisa membantu anak autis meningkatkan fungsi kognitif dan keterampilan bahasa mereka.
Saat mengikuti kegiatan menyanyi atau menari, anak-anak autis diyakini  akan mulai berkomunikasi meskipun hal tersebut dilakukan hanya melalui nyanyian.
Hal ini membuat terapis musik menyadari fakta bahwa anak autis lebih mudah dan lebih cepat menyambut suara musik daripada perintah verbal atau pendekatan fisik.
Dengan melakukan kegiatan musik vokal, terapis bisa meningkatkan kemampuan bicara anak autis.
Terapis bisa menulis lagu dengan kata-kata sederhana atau frase berulang untuk mempertajam kemampuan bahasa anak.
Bila pelajaran musik disajikan dengan isyarat visual dan taktil, hasilnya bisa lebih menjanjikan.
4. Membangun Hubungan Non-verbal yang Tidak Mengancam
Anak autis biasanya tidak responsif terhadap perasaan orang lain, menghindari kontak fisik seperti memeluk, dan mengabaikan pendekatan sosial.
Terapi musik memberi kesempatan pada anak untuk membangun hubungan non verbal yang tidak mengancam melalui instrumen musik.
Hal ini mungkin karena suara, tampilan, dan bentuk instrumen membantu anak melakukan kontak awal.
Dengan instrumen sebagai perantara, terapis secara bertahap dapat masuk ke “dunia” anak dengan autisme.
Setelah berhasil menjalin hubungan yang bisa dipercaya dengan anak, terapis bisa menerapkan berbagai teknik musik untuk menarik anak keluar dari dunianya yang mengabaikan kontak sosial.
Namun, para peneliti juga menyatakan ada kemungkinan terapi musik menyebabkan hasil yang tidak diinginkan.
Pada beberapa kasus, ditemukan bahwa musik memperburuk perilaku “menarik diri” dan “isolasi diri” pada anak dengan autisme.
Jika tidak dilakukan secara hati-hati, terkendali, dan terstruktur, terapi musik justru dapat mendorong anak autis masuk lebih dalam ke dunia mereka.
Para ahli setuju bahwa manfaat terapi musik untuk autisme melibatkan proses panjang dan sulit, sehingga baik orang tua maupun terapis terkadang merasa kehilangan harapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar