Walaupun anak autis mengalami gangguan dalam berkomunikasi, bukan
berarti anak autis tidak bisa berkomunikasi. Anak autis tetap melakukan
komunikasi tetapi dengan gaya komunikasi yang berbeda.
Ada empat tingkatan komunikasi pada anak autis, yang tergantung dari
kemampuan berinteraksi, cara berkomunikasi, dan pengertian anak itu
sendiri. Keempat tahap tersebut adalah “The Own Agenda Stage”, “The Requester Stage”, “The Early Communicator Stage” dan “The Partner Stage”.
Pada tahap pertama (The Own Agenda Stage) anak biasanya merasa
tidak bergantung pada orang lain, ingin melakukan sesuatu sendiri. Anak
kurang berinteraksi dengan orang tua dan hampir tidak pernah
berinteraksi dengan anak lain. Anak juga melihat atau meraih benda yang
dia mau. Anak tidak berkomunikasi dengan orang lain dan bermain dengan
cara yang tidak lazim. Anak juga membuat suara untuk menenangkan diri,
menangis atau menjerit untuk menyatakan protes. Anak suka tersenyum dan
tertawa sendiri. Anak pada tahap ini hampir tidak mengerti kata-kata
yang kita ucapkan.
Pada tahap kedua (The Requester Stage), anak mulai dapat
berinteraksi walaupun dengan singkat. Anak menggunakan suara atau
mengulang bebeapa kata untuk menenangkan diri atau memfokuskan diri.
Anak meraih yang dia mau atau menarik tangan orang lain bila
menginginkan sesuatu. Anak meraih yang dia mau atau menarik tangan orang
lain bila menginginkan sesuatu. Apabila anak diajak bermain yang
melibatkan kontak fisik, anak bisa meminta anda untuk meneruskan
permainan fisik dengan melakukan kontak mata, senyum, gerak tubuh atau
suara.Anak kadang-kadang mengerti perintah keluarga dan tahap-tahap
kegiatan rutin di keluarga.
Pada tahap ketiga (The Early Communicator Stage) anak dapat
berinteraksi dengan orang tua dan orang yang dikenal. Anak ingin
mengulang permainan dan bisa bermain dalam jangka waktu lama. Anak
meminta anda meneruskan permainan fisik yang disukai dengan menggunakan
gerakan yang sama, suara, dan kata setiap anda main. Kadang-kadang anak
meminta atau merespon dengan mengulang apa yang anda katakan (echolali).
Anak juga dapat meminta sesuatu dengan menggunakan gambar, gerak
tubuh, atau kata. Anak mulai dapat memprotes atau menolak sesuatu dengan
menggunakan gerak, suara, kata yang sama. Anak pada tahap ini dapat
mengerti kalimat sederhana atau kalimat yang sering digunakan, mengerti
nama benda atau nama orang yang sehari-hari ditemui, dapat mengatakan
“hai” dan “dadah”, dapat menjawab pertanyaan dengan mengatakan ya/tidak,
dan dapat menjawab pertanyaan ‘apa itu?”
Pada tahap yang paling tinggi yaitu “The Partner Stage”, anak
dapat berinteraksi lebih lama dengan orang lain dan dapat bermain dengan
anak lain. Anak juga sudah dapat menggunakan kata-kata atau metode lain
dalam berkomunikasi untuk meminta protes, setuju, menarik perhatian
sesuatu, bertanya dan menjawab sesuatu. Anak juga dapat mulai
menggunakan kata-kata atau metode lain untuk berbicara mengenai waktu
lampau dan yang akan datang, menyatakan keinginannya dan meminta
sesuatu.
Anak pada tahap ini sudah dapat membuat kalimat sendiri dan melakukan
percakapan pendek. Kadang-kadang anak mengulanginya membetulkan apa
yang dikatakannya ketika orang lain tidak mengerti. Anak pada tahap ini
sudah lebih banyak mengerti perbendaharaan kata-kata.
Tetapi pada tahap Partner Stage ini, anak masih punya
kesulitan dalam berkomunikasi. Umpamanya anak berhenti bermain dengan
anak lain bila tidak mengetahui apa yang harus dilakukan, seperti dalam
pemainan imajiner yang mengandung banyak pembicaraan atau bermain
pura-pura. Anak juga akan menggunakan echolali (menirukan perkataan orang lain) bila dia tidak mengerti perkataan orang lain atau bila dia tidak dapat membuat kalimat.
Anak pada tahap akhir ini masih mengalami kesulitan dalam mengikuti
percakapan. Cara mengatasi kesulitan ini adalah dengan merespon orang
dengan berinisiatif bercakap-cakap sendiri, berusaha bercakap-cakap
dengan topik yang disukai. Anak mungkin melakukan kesalahan tata bahasa
terutama kata ganti, sepeti kamu, saya, dia. Anak akan bingung bila
percakapan terlalu rumit atau orang tidak berkata langsung padanya.
Anak juga dapat mengalami kesulitan dengan aturan percakapan. Anak
tidak tahu bagaimana memulai dan mengakhiri percakapan, tidak mendengar
perkataan orang lain, tidak bisa fokus pada satu topik, tidak berusaha
mengklarifikasi perkataan yang tidak dimengerti orang dan memberi
terlalu sedikit detail atau terlalu banyak detail. Anak mungkin tidak
paham isyarat sosial yang diberikan orang lain melalui ekspresi wajah
atau bahasa tubuh dan tidak mengerti humor atau permainan kata-kata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar