Jumat, 22 November 2013

TEORI PSIKOANALISA



PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN

Psikoanalisa adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia.
Psikoanalisa adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi. Secara historis Psikoanalisa adalah aliran pertama dari tiga aliran utama psikologi. Yang kedua adalah behaviorisme, sedangkan yang ketiga adalah psikologi eksistensial-humanistik.

Freud membandingkan jiwa dengan gunung es dimana bagian lebih kecil yang muncul di permukaan air menggambarkan daerah kesadaran, sedangkan massa yang jauh lebih besar di bawah permukaan air menggambarkan daerah ketidaksadaran (Koswara, 1991: 60). Di dalam daerah ketidaksadaran itu ditemukan dorongan-dorongan, nafsu-nafsu, ide-ide, dan perasaan-perasaan yang ditekan.
Prinsip dan konsep dasar psikoanalisa :
1.                   Organisasi kepribadian : conscious, preconscious dan unconscious.
2.                   Struktur kepribadian : id, ego dan super ego
3.                   Dasar motivasi – doronan instinktual – tension rules
4.                   Konflik, kecemasan
5.                   Mekanisme pertahanan ego : represi, proyeksi, displacement, rasionalisasi
Beberapa praktek psikoanalisa adalah :
a.       Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami dan pemahaman terhadap sifat manusia bisa diterapkan pada peredaan penderitaan manusia.
b.      Tingkah laku diketahui sering ditentukan oleh faktor-faktor tak sadar.
c.       Perkembangan pada masa dini kanak-kanak memiliki pengaruh yang kuat terhadapa kepribadian di masa dewasa.

B.     STRUKTUR KEPRIBADIAN
Dalam teori psikoanalisa, kepribadian dipandang sebagai stuktur yang terdiri dari tiga unsur atau sistem, yaitu id, ego, dan superego (Supratiknya, 1993: 32). Ketiga unsur atau sistem tersebut adalah sebagai berikut :
·         Id
Id adalah sistem kepribadian yang paling dasar, sistem yang didalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Untuk dua sistem yang lainnya, id adalah sistem yang bertindak sebagai penyedia atau atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem-sistem tersebut untuk operasi-operasi atau kegiatan-kegiatan yang dilakukannya.
·         Ego
Ego adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada  dunia objek dari kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. 
·         Superego
Superego adalah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk).
Adapun fungsi utama dari superego adalah sebagai berikut :
1) Sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri id agar impuls-impuls tersebut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat.
2) Mengarahkan ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral ketimbang dengan kenyataan.
3) Mendorong individu kepada kesempurnaan.

C.    DINAMIKA KEPRIBADIAN
Dorongan-Dorongan ( Drives )
Menurut Freud  ( 1933/1964 ) dalam buku Theorys of Personality (Feist, Jess dan Gregory J. Feist, 2008: 29), beragam dorongan dapat dikelompokkan menjadi dua kubu utama : seks atau Eros, dan agresif, distraksi atau Thanatos. Dorongan-dorongan ini berakar dalam Id. Namun, mereka tunduk pada pengontrolan Ego. Dorongan memiliki bentuk energy psikisnya sendiri : Freud menggunakan kata Libido untuk energy dorongan seksual. Namun, energy bagi dorongan agresif masih belum dinamainya.
·         Seks
Tujuan dari dorongan seksual adalah kesenangan namun, kesenangan ini tidak terbatas hanya pada kesenangan genital semata. Tujuan akhir dorongan seksual ( pengurangan tegangan seksual ) tidak dapat diubah namun, jalan untuk mencapai tujuan ini bisa beragam.
 seksual atau pribadi seksual dapat mengenakan samara Eros yang lebih jauh. Objek erotis dapat ditransformasikan atau dipindahkan dengan mudah. Sebagai contoh, seorang bayi yang dipaksa terlalu cepat untuk lepas dari putting ibunya sebagai objek seksual mungkin akan menggantinya dengan jempol tangan sebagai objek kesenangannya. Namun, seks sendiri dapat mangambil banyak bentuk yang lain, seperti Narsisisme, cinta, sadisme, dan masokhisme. Dua yang terakhir ini memiliki komponen dorongan agresif.
·         Agresi
Tujuan dari dorongan destruktif, menurut Freud, adalah mengembalikan organism pada kondisi anorganis. Dorongan agresif juga menjelaskan kebutuhan atas penghalang-penghalang yang sudah dibangun manusia untuk mengendalikan agresi.
Contohnya perintah seperti “kasihilah sesamamu seperti kamu mengasihi dirimu sendiri”.
Kecemasan ( anxiety )
Kecamasan adalah suatu keadaan tegang yang memotivasi kita untuk berbuat sesuatu. Freud ( 1933/1964 ) menekankan bahwa ini adalah kondisi yang tidak menyenangkan, bersifat emosional, dan sangat terasa kekuatannya, disertai sebuah sensasi fisik yang memperingatkan seseorang terhadap bahaya yang sedang mendekat.
Ada tiga macam kecemasan :
Kecemasan Neurotis
Kecemasan neurotis adalah ketakutran terhadap tidak terkendalinya naluri-naluri yang menyebabkan seseorang melalkukan suatu tindakan yang bisa mendatangkan hukuman bagi dirinya sendiri. Contohnya adalah seseorang akan mengalami kecemasan ini karena kehadiran seorang guru, majikan, atau figure otoritas lain.
Kecemasan Moralistis
Kecemasan moralistis adalah katekutan terhadap hati nurani sendiri. Kecemasan ini bersal dari konflik antara ego dan superego. Kecemasan moralistis contohnya, akan muncul dari godaan seksual jika seorang anak percaya bahwa menyerah pada godaan akan membuat dirinya keliru secara moral. Namun, kecemasan moralistis juga bisa muncul akibat kegagalan untuk bersikap secara konsisten dengan apa yang dianggap benar secara moral, contohnya gagal merawat orang tua yang sudah lanjut usia.
Kecemasan Realiatis
Kecamasan realistis adalah ketakutan terhadap bahaya dari dunia eksternal, dan taraf kecemasannya sesuai dengan derajat ancaman yang ada. Contohnya, kita dapat mengalami kecemasan realistis ketika berkendara di lalu lintas yang padat dan bergerak cepat di sebuah kota yang belum kita kenal. Kecemasan realistis ini berbeda dari rasa takut karena rasa takut tidak perlu malibatkan suatu objek spesifik yang menakutkan, contohnya jika sepeda motor kita tiba-tiba terpeleseta dan lepas kendali di atas sebuah jalan tol yang bersalju.
Kecemasan berfungsi  sebagai mekanisme penjagaan ego karena dia memberi sinyal bahwa bahaya tertentu sedang mendekat ( Freud, 1933/1945 ). Contohnya, sebuah mimpi kecemasan yang memberi sinyal kepada sensor kita mengenai bahaya yang sedang mendekat akan mengambil bentuk samaran imaji-imaji mimpi sebaik-baiknya.

D.    MEKANISME PERTAHANAN EGO
Mekanisme pertahanan merupakan suatu cara ekstrem yang ditempuh oleh ego untuk menghilangkan tekanan kecemasan yang berlebihan-lebihan. Pertahanan-pertahanan pokok tersebut adalah represi, proyeksi, pembentukan reaksi, fiksasi, dan regresi (Anna Freud, 1946). Menurut Supratiknya (1993: 86), semua mekanisme pertahanan tersebut mempunyai dua ciri umum yaitu :
1)      Mereka menyangkal, memalsukan, atau mendistorsikan kenyataan.
2)      Mereka bekerja secara tak sadar sehingga orangnya tidak tahu apa yang sedang terjadi.
Dalam Latipun (2010; 51) Freud mengemukakan banyak bentuk mekanisme pertahanan diri yang dimanifestasikan dalam perilaku dan bentuknya bermacam-macam. Adapun bentuk-bentuk mekanisme pertahanan diri tersebut sebagai berikut:
1.      Distorsi.
2.      Proyeksi.
3.      Regresi.
4.      Rasionalisai.
5.      Sublimasi.
6.      Salah sasaran (displacement).
7.      Identifikasi.
8.      Kompensasi.

E.     PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Tahap-tahap perkembangan menurut Freud ada lima, yaitu :
    1. Tahap Oral
    2. Tahap Anal
    3. Tahap Phalik
    4. Tahap Laten
    5. Tahap Genita
F.     APLIKASI TEORI PSIKOANALISA
Pertama, konsep kunci bahwa ”manusia adalah makhluk yang memiliki kebutuhan dan keinginan”.  
Kedua, konsep kunci tentang “kecemasan” yang dimiliki manusia dapat digunakan sebagai wahana pencapaian tujuan bimbingan, yakni membantu individu supaya mengerti dirinya dan lingkungannya; mampu memilih, memutuskan dan merencanakan hidup secara bijaksana; mampu mengembangkan kemampuan dan kesanggupan, memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya; mampu mengelola aktivitasnya sehari-hari dengan baik dan bijaksana; mampu memahami dan bertindak sesuai dengan norma agama, sosial dalam masyarakatnya.
Ketiga, konsep psikolanalisis yang menekankan pengaruh masa lalu (masa kecil) terhadap perjalanan manusia. Walaupun banyak para ahli yang mengkritik, namun dalam beberapa hal konsep ini sesuai dengan konsep pembinaan dini bagi anak-anak dalam pembentukan moral individual.
Keempat, teori Freud tentang “tahapan perkembangan kepribadian individu” dapat digunakan dalam proses bimbingan, baik sebagai materi maupun pendekatan.
Kelima, konsep Freud tentang “ketidaksadaran” dapat digunakan dalam proses bimbingan yang dilakukan pada individu dengan harapan dapat mengurangi impuls-impuls dorongan Id yang bersifat irrasional sehingga berubah menjadi rasional.

DEFINISI KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTOR

DEFINISI KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTORIK
1.      Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif.  Ranah kognitif  memiliki enam jenjang atau aspek, yaitu:
1. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
2. Pemahaman (comprehension)
3. Penerapan (application)
4. Analisis (analysis)
5. Sintesis (syntesis)
6. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
2.      Afektif
     Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
1. Receiving atau attending ( menerima atua memperhatikan)
2. Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”
3. Valuing (menilai atau menghargai)
4. Organization (mengatur atau mengorganisasikan)
5. Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan  suatu nilai atau
komplek nilai)
3.      Psikomotorik
     Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Ranah psikomotor adalah berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya.
Hasil belajar keterampilan (psikomotor) dapat diukur melalui: (1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya. 
file:///D:/sekolah/@&@$%20%28%5E_%5E%29%20%20Definisi%20Kognitif,%20Afektif,%20dan%20Psikomotor.htm

IDENTIFIKASI ANAK AUTIS DAN JENIS-JENIS AUTIS



Menurut DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual, 1994) anak didiagnosis menyandang autis jika mempunyai gejala:
1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik
a. Tidak mampu menjalani interaksi social yang cukup memadai
b. Tidak bisa bermain dengan teman sebaya
c. Tidak empati
d. Kurang mampu mengadakan hubungan social dan emosional yang timbal balik
2. Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi
a. Perkembangan terhambat atau sama sekali tidak berkembang
b. Bila anak bisa bicara, maka bicaranya tidak dipakai untuk berkomunikasi
c. Sering menggunakan bahasa aneh yang diulang-ulang
d. Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif dan kurang dapat meniru
3. Adanya suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku, minat dan kegiatan
a. Mempertahankan suatu minat atau lebih dengan cara yang khas dan berlebihan
b. Terpaku pada suatu kegiatan dan rutinitas yang tidak ada gunanya
c. Ada gerakan-gerakan aneh yang yang tidak ada gunanya
d. Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian benda
·         Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam bidang (1) interaksi sosial, (2) Bicara dan berbahasa, (3) Cara bermain yang monoton, kurang variatif.
·          Bukan disebabkan oleh Sindrome Rett atau gangguan disintegratif masa kanak.
·         Anak autistik menunjukkan kondisi yang heterogen dari tingkatan ringan, sedang, sampai yang berat. Untuk menentukan berat ringannya autisme pada anak dapat dilakukan pengukuran. Sapiie (2000) mengemukakan untuk menentukan berat ringannya autisme anak dapat dilakukan dengan menggunakan The Childhood Autism Rating Scale (CARS). Untuk mengobservasi tingkah laku anak sebaiknya dibandingkan dengan anak normal seumurnya. Jika tingkah laku yang diobservasi tidak normal untuk anak seumurnya maka harus dipertimbangkan sejauh mana keanehannya, frekuensinya, intensitasnya dan lamanya tingkah laku tersebut.
The Childhood Autism Rating Scale (CARS) terdiri dari 15 butir yaitu :
1. Relasi atau hubungan dengan orang lain; yaitu bagaimana anak berinteraksi dengan orang lain dalam berbagai situasi. Misalnya menghindar menatap orang dewasa, tidak respon kepada orang tua sebagaimana anak lain.
2. Imitasi ( meniru ) yaitu bagaimana anak menirukan kata atau suara perilaku, apakah harus dengan dorongan, paksaan atau sama sekali tak pernah menirukan.
3. Respon emosional, yaitu bagaimana reaksi anak terhadap situasi yang menyenangkan, misalnya ketika dipeluk-cium, dipuji, digelitik, diberi mainan / mainan kesukaannya.
4. Penggunaan badan / tubuh baik untuk gerakan koordinasi maupun gerakan-gerakan yang lain sesuai dengan keadaan ; misalnya ketepatan sikap dan gerakan tubuh, jinjit, memutar, tepuk tangan, menari, bermain, menggambar, menggunting dan sebagainya.
5. Penggunaan benda-benda ( objek ) yaitu minat anak terhadap mainan atau benda lain serta bagaimana anak menggunakannya . Perhatikan bagaimana anak berinteraksi dengan mainan dan objek lain terutama pada aktivitas yang tidak terstruktur. Perhatikan dengan seksama bagaimana anak menggunakan mainan yang berjuntai atau putaran, apakah terjadi keasyikan dan pengulangan yang berlebihan.
6. Adaptasi terhadap perubahan; yaitu adaptasi terhadap perubahan hal-hal yang telah rutin atau telah terpola , dan kesulitan mengubah suatu aktivitas lain. Misalnya bagaimana reaksi anak terhadap perubahan penataan mebel , pergi dengan rute berbeda, penggantian pengasuh / guru dan sebagainya.
7. Respon visual; yaitu pola-pola perhatian visual yang tidak lazim, misalnya menghindari kontak mata ketika berinteraksi dengan orang tua atau melihat objek / mainan dari sudut yang tidak lazim.
8. Repon mendengarkan, yaitu perilaku mendengarkan yang tidak biasanya atau respon yang tidak lazim terhadap bunyi-bunyian termasuk reaksi anak terhadap suara orang dan jenis-jenis suara lain . Misalnya anak seolah-olah tidak mendengar suara yang sangat keras, tetapi pada waktu yang lain bereaksi terhadap suara yang biasa.
9. Respon kecap ( pengecapan ), mencium ( membau ) dan raba; misalnya bagaimana respon anak terhadap rangsangan kecap, bau, dan raba, misalnya penolakan atau minat berlebihan terhadap bau , rasa dan bentuk tertentu dari makanan atau bentuk maian tertentu.
10. Ketakutan dan kegelisahan; yaitu rasa takut yang tidak wajar dan tidak semestinya, misalnya ketakutan yang berlangsung terus terhadap objek yang secara normal tidak menakutkan atau tidak takut terhadap sesuatu yang ditakuti anak normal.
11. Komunikasi verbal ( kata ); perhatikan anak dalam menggunakan kata dan cara berbicara, amati perbendaharaan kata, struktur kalimat, volume dan ritme suara. Apakah memperlihatkan keanehan, tidak tepat atau kacau.
12. Komunikasi non verbal ; yaitu komunikasi dengan penggunaan ekspresi /mimik muka, sikap tubuh dan gerak tubuh, serta respon anak terhadap komunikasi non verbal dari orang lain. Apakah anak dapat menunjuk dan menjangkau sesuatu yang mereka inginkan, apakah hanya menggunakan isyarat yang kacau dan aneh. Apakah anak tidak menunjukkan perhatian pada isyarat dari orang tua / anak lain.
13. Derajat aktivitas; yaitu seberapa anak bergerak baik dalam situasi yang dibatasi maupun yang tidak dibatasi . Apakah aktivitasnya berlebihan atau tampak lesu. Perhatikan tingkat aktivitas anak yang teratur dan tekun . Jika lesu apakah anak bisa diberi semangat untuk beraktivitas dan seberapa banyak orang tua harus memberi semangat dan dorongan agar anak mau beraktivitas. Jika aktivitasnya berlebihan apakah bisa diberitahu untuk menjadi tenang dan duduk diam. Dalam penilaian ini perlu dipertimbangkan faktor kelelahan dan efek medik.
14. Derajat dan konsentrasi respon intelektual. Perhatikan bagaimana anak mengerti dan menggunakan bahasa, angka, dan konsep, bagaimana kemampuannya dalam mengingat benda-benda yang pernah ia lihat atau dengar serta bagaimana anak menjelajahi lingkungannya.
15. Kesan umum, yaitu kesan subjektif observer tentang anak
Anak autisme mempunyai gambaran unik tersendiri. Intelegensia tiap anak autis berbeda satu dengan lainnya. Diperkiraan 60% anak autis mempunyai intelegensia dibawah 50 . 20 % , anak autis mempunyai 70 atau lebih. Sutadi (1997 ) mengemukakan karakeristik anak autistik meliputi kecendrungan:
1. Selektif berlebihan terhadap rangsang yaitu kemampuan terbatas dalam menangkap isyarat yang berasal dari lingkungan.
2. Kurangnya motivasi, tidak hanya mereka sering menarik diri dan asik sendiri, mereka juga cenderung tidak termotivasi untuk menjelajahi lingkungan baru, untuk memperluas lingkup perhatian mereka.
3. Respon stimulasi diri; jika diberi kesempatan banyak penyandang autistik yang yang menghabiskan sebagian besar waktu bangun/ terjaganya pada aktivitas non produktif tersebut. Perilaku tersebut selain mengganggu integrasi sosial juga menggangu proses belajar. Oleh sebab itu menurunkan perilaku stimulasi diri dan menggantikannya dengan respon yang lebih produktif sering merupakan tujuan bagi anak autistik.
4. Respon unik terhadap hadiah (reinfocement) dan konsekuensi lainnya; ini merupakan karakteristik dari penyandang autistik, sehingga hadiah amat individualistik, kadang sukar diidentifikasi. Pada anak autistik belajar paling efektif pada kondisi imbalan langsung. Supaya memperoleh imbalan langsung seorang anak harus secara benar merespon pada suatu rangkaian perilaku.



Jenis-jenis autisme
Berikut adalah lima jenis autisme menurut Autism Society of America:
  • Sindrom Asperger
Jenis gangguan ini ditandai dengan defisiensi interaksi sosial dan kesulitan dalam menerima perubahan rutinitas sehari-hari.
Pada sinrom asperger, kemampuan bahasa tidak terlalu terganggu bila dibandingkan dengan gangguan lain. Anak yang menderita jenis autisme ini kurang sensitif terhadap rasa sakit, namun tidak dapat mengatasi paparan suara keras dan sinar lampu yang tiba-tiba
Anak dengan sinrom asperger ini memiliki kecerdasaan rata-rata atau diatas rata-rata sehingga secara akademik mampu dan tidak bermasalah.
2.      Autistic Disorder

  • Autistic Disorder disebut sebagai true Autistic atau Chilhood autism karena sebagian besar berkembang pada tiga tahun awal usia anak.

Pada sebagian besar kasus anak yang terkena autistic disorder tidak memiliki kemampuan bicara dan hanya bergantung pada komunikasi non verbal. Kondisi ini mengakibatkan anak menarik diri secara ekstrim terhadap lingkungan sosialnya dan bersikap acuh tak acuh.
Anak tidak emnunjukan kasih sayang atau kemauan untuk membangun komunikasi.

  •     Pervasif Developmental Disorde

Autisme jenis ini meliputi berbagai jenis gangguan dan tidak spesifik terhadap satu gangguan. Tingkat keparahan mulai dari yang ringan sampai ketidakmampuan yang ekstrim umumnya didiagnosis dalam 5 tahun usia pertama anak.
Pada gangguan ini, keterampilan verbal dan non verbal efektif terbatas sehingga anak kurang bisa berkomunikasi.

  •  Chilhood Disintegrative Disorder

Gejala gangguan ini muncul ketika seorang anak berusia antara 3-4 tahun. Pada dua tahun awal, perkembangan anak nampak normal yang kemudian terjadi regresi mendadak dalam komunikasi, bahasa, sosial, dan keterampilan motorik.
Anak menjadi kehilangan semuan keterampilan yang dia peroleh sebelumnya dan mulai menarik diri dari lingkungan sosial.

  •    Reet syndrome
Rett syndrome relatif jarang ditemukan dan sering keliru didiagnosis sebagai autisme. Sindrom ini mempengaruhi perempuan dewasa atau anak perempuan yang ditandai oleh pertumbuhan kepala yang abnormal.

            Rett syndrome disebabkan oleh mutasi pada urutan sebuah gen tunggal. Gejala awal yang teramati diantaranya kehilangan kontrol otot yang menyebabkan msalah dalam berjalan dan mengontrol gerakan mata.
            Keterampilan motorik terhambat dan mengganggu setiap gerakan tubuh. Mengarah keperkembangan stereotip serta gerakan tangan dan kaki yang berulang.