Jumat, 22 November 2013

IDENTIFIKASI ANAK AUTIS DAN JENIS-JENIS AUTIS



Menurut DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual, 1994) anak didiagnosis menyandang autis jika mempunyai gejala:
1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik
a. Tidak mampu menjalani interaksi social yang cukup memadai
b. Tidak bisa bermain dengan teman sebaya
c. Tidak empati
d. Kurang mampu mengadakan hubungan social dan emosional yang timbal balik
2. Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi
a. Perkembangan terhambat atau sama sekali tidak berkembang
b. Bila anak bisa bicara, maka bicaranya tidak dipakai untuk berkomunikasi
c. Sering menggunakan bahasa aneh yang diulang-ulang
d. Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif dan kurang dapat meniru
3. Adanya suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku, minat dan kegiatan
a. Mempertahankan suatu minat atau lebih dengan cara yang khas dan berlebihan
b. Terpaku pada suatu kegiatan dan rutinitas yang tidak ada gunanya
c. Ada gerakan-gerakan aneh yang yang tidak ada gunanya
d. Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian benda
·         Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam bidang (1) interaksi sosial, (2) Bicara dan berbahasa, (3) Cara bermain yang monoton, kurang variatif.
·          Bukan disebabkan oleh Sindrome Rett atau gangguan disintegratif masa kanak.
·         Anak autistik menunjukkan kondisi yang heterogen dari tingkatan ringan, sedang, sampai yang berat. Untuk menentukan berat ringannya autisme pada anak dapat dilakukan pengukuran. Sapiie (2000) mengemukakan untuk menentukan berat ringannya autisme anak dapat dilakukan dengan menggunakan The Childhood Autism Rating Scale (CARS). Untuk mengobservasi tingkah laku anak sebaiknya dibandingkan dengan anak normal seumurnya. Jika tingkah laku yang diobservasi tidak normal untuk anak seumurnya maka harus dipertimbangkan sejauh mana keanehannya, frekuensinya, intensitasnya dan lamanya tingkah laku tersebut.
The Childhood Autism Rating Scale (CARS) terdiri dari 15 butir yaitu :
1. Relasi atau hubungan dengan orang lain; yaitu bagaimana anak berinteraksi dengan orang lain dalam berbagai situasi. Misalnya menghindar menatap orang dewasa, tidak respon kepada orang tua sebagaimana anak lain.
2. Imitasi ( meniru ) yaitu bagaimana anak menirukan kata atau suara perilaku, apakah harus dengan dorongan, paksaan atau sama sekali tak pernah menirukan.
3. Respon emosional, yaitu bagaimana reaksi anak terhadap situasi yang menyenangkan, misalnya ketika dipeluk-cium, dipuji, digelitik, diberi mainan / mainan kesukaannya.
4. Penggunaan badan / tubuh baik untuk gerakan koordinasi maupun gerakan-gerakan yang lain sesuai dengan keadaan ; misalnya ketepatan sikap dan gerakan tubuh, jinjit, memutar, tepuk tangan, menari, bermain, menggambar, menggunting dan sebagainya.
5. Penggunaan benda-benda ( objek ) yaitu minat anak terhadap mainan atau benda lain serta bagaimana anak menggunakannya . Perhatikan bagaimana anak berinteraksi dengan mainan dan objek lain terutama pada aktivitas yang tidak terstruktur. Perhatikan dengan seksama bagaimana anak menggunakan mainan yang berjuntai atau putaran, apakah terjadi keasyikan dan pengulangan yang berlebihan.
6. Adaptasi terhadap perubahan; yaitu adaptasi terhadap perubahan hal-hal yang telah rutin atau telah terpola , dan kesulitan mengubah suatu aktivitas lain. Misalnya bagaimana reaksi anak terhadap perubahan penataan mebel , pergi dengan rute berbeda, penggantian pengasuh / guru dan sebagainya.
7. Respon visual; yaitu pola-pola perhatian visual yang tidak lazim, misalnya menghindari kontak mata ketika berinteraksi dengan orang tua atau melihat objek / mainan dari sudut yang tidak lazim.
8. Repon mendengarkan, yaitu perilaku mendengarkan yang tidak biasanya atau respon yang tidak lazim terhadap bunyi-bunyian termasuk reaksi anak terhadap suara orang dan jenis-jenis suara lain . Misalnya anak seolah-olah tidak mendengar suara yang sangat keras, tetapi pada waktu yang lain bereaksi terhadap suara yang biasa.
9. Respon kecap ( pengecapan ), mencium ( membau ) dan raba; misalnya bagaimana respon anak terhadap rangsangan kecap, bau, dan raba, misalnya penolakan atau minat berlebihan terhadap bau , rasa dan bentuk tertentu dari makanan atau bentuk maian tertentu.
10. Ketakutan dan kegelisahan; yaitu rasa takut yang tidak wajar dan tidak semestinya, misalnya ketakutan yang berlangsung terus terhadap objek yang secara normal tidak menakutkan atau tidak takut terhadap sesuatu yang ditakuti anak normal.
11. Komunikasi verbal ( kata ); perhatikan anak dalam menggunakan kata dan cara berbicara, amati perbendaharaan kata, struktur kalimat, volume dan ritme suara. Apakah memperlihatkan keanehan, tidak tepat atau kacau.
12. Komunikasi non verbal ; yaitu komunikasi dengan penggunaan ekspresi /mimik muka, sikap tubuh dan gerak tubuh, serta respon anak terhadap komunikasi non verbal dari orang lain. Apakah anak dapat menunjuk dan menjangkau sesuatu yang mereka inginkan, apakah hanya menggunakan isyarat yang kacau dan aneh. Apakah anak tidak menunjukkan perhatian pada isyarat dari orang tua / anak lain.
13. Derajat aktivitas; yaitu seberapa anak bergerak baik dalam situasi yang dibatasi maupun yang tidak dibatasi . Apakah aktivitasnya berlebihan atau tampak lesu. Perhatikan tingkat aktivitas anak yang teratur dan tekun . Jika lesu apakah anak bisa diberi semangat untuk beraktivitas dan seberapa banyak orang tua harus memberi semangat dan dorongan agar anak mau beraktivitas. Jika aktivitasnya berlebihan apakah bisa diberitahu untuk menjadi tenang dan duduk diam. Dalam penilaian ini perlu dipertimbangkan faktor kelelahan dan efek medik.
14. Derajat dan konsentrasi respon intelektual. Perhatikan bagaimana anak mengerti dan menggunakan bahasa, angka, dan konsep, bagaimana kemampuannya dalam mengingat benda-benda yang pernah ia lihat atau dengar serta bagaimana anak menjelajahi lingkungannya.
15. Kesan umum, yaitu kesan subjektif observer tentang anak
Anak autisme mempunyai gambaran unik tersendiri. Intelegensia tiap anak autis berbeda satu dengan lainnya. Diperkiraan 60% anak autis mempunyai intelegensia dibawah 50 . 20 % , anak autis mempunyai 70 atau lebih. Sutadi (1997 ) mengemukakan karakeristik anak autistik meliputi kecendrungan:
1. Selektif berlebihan terhadap rangsang yaitu kemampuan terbatas dalam menangkap isyarat yang berasal dari lingkungan.
2. Kurangnya motivasi, tidak hanya mereka sering menarik diri dan asik sendiri, mereka juga cenderung tidak termotivasi untuk menjelajahi lingkungan baru, untuk memperluas lingkup perhatian mereka.
3. Respon stimulasi diri; jika diberi kesempatan banyak penyandang autistik yang yang menghabiskan sebagian besar waktu bangun/ terjaganya pada aktivitas non produktif tersebut. Perilaku tersebut selain mengganggu integrasi sosial juga menggangu proses belajar. Oleh sebab itu menurunkan perilaku stimulasi diri dan menggantikannya dengan respon yang lebih produktif sering merupakan tujuan bagi anak autistik.
4. Respon unik terhadap hadiah (reinfocement) dan konsekuensi lainnya; ini merupakan karakteristik dari penyandang autistik, sehingga hadiah amat individualistik, kadang sukar diidentifikasi. Pada anak autistik belajar paling efektif pada kondisi imbalan langsung. Supaya memperoleh imbalan langsung seorang anak harus secara benar merespon pada suatu rangkaian perilaku.



Jenis-jenis autisme
Berikut adalah lima jenis autisme menurut Autism Society of America:
  • Sindrom Asperger
Jenis gangguan ini ditandai dengan defisiensi interaksi sosial dan kesulitan dalam menerima perubahan rutinitas sehari-hari.
Pada sinrom asperger, kemampuan bahasa tidak terlalu terganggu bila dibandingkan dengan gangguan lain. Anak yang menderita jenis autisme ini kurang sensitif terhadap rasa sakit, namun tidak dapat mengatasi paparan suara keras dan sinar lampu yang tiba-tiba
Anak dengan sinrom asperger ini memiliki kecerdasaan rata-rata atau diatas rata-rata sehingga secara akademik mampu dan tidak bermasalah.
2.      Autistic Disorder

  • Autistic Disorder disebut sebagai true Autistic atau Chilhood autism karena sebagian besar berkembang pada tiga tahun awal usia anak.

Pada sebagian besar kasus anak yang terkena autistic disorder tidak memiliki kemampuan bicara dan hanya bergantung pada komunikasi non verbal. Kondisi ini mengakibatkan anak menarik diri secara ekstrim terhadap lingkungan sosialnya dan bersikap acuh tak acuh.
Anak tidak emnunjukan kasih sayang atau kemauan untuk membangun komunikasi.

  •     Pervasif Developmental Disorde

Autisme jenis ini meliputi berbagai jenis gangguan dan tidak spesifik terhadap satu gangguan. Tingkat keparahan mulai dari yang ringan sampai ketidakmampuan yang ekstrim umumnya didiagnosis dalam 5 tahun usia pertama anak.
Pada gangguan ini, keterampilan verbal dan non verbal efektif terbatas sehingga anak kurang bisa berkomunikasi.

  •  Chilhood Disintegrative Disorder

Gejala gangguan ini muncul ketika seorang anak berusia antara 3-4 tahun. Pada dua tahun awal, perkembangan anak nampak normal yang kemudian terjadi regresi mendadak dalam komunikasi, bahasa, sosial, dan keterampilan motorik.
Anak menjadi kehilangan semuan keterampilan yang dia peroleh sebelumnya dan mulai menarik diri dari lingkungan sosial.

  •    Reet syndrome
Rett syndrome relatif jarang ditemukan dan sering keliru didiagnosis sebagai autisme. Sindrom ini mempengaruhi perempuan dewasa atau anak perempuan yang ditandai oleh pertumbuhan kepala yang abnormal.

            Rett syndrome disebabkan oleh mutasi pada urutan sebuah gen tunggal. Gejala awal yang teramati diantaranya kehilangan kontrol otot yang menyebabkan msalah dalam berjalan dan mengontrol gerakan mata.
            Keterampilan motorik terhambat dan mengganggu setiap gerakan tubuh. Mengarah keperkembangan stereotip serta gerakan tangan dan kaki yang berulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar